Selasa, 03 Juli 2012

Single Mom, Single Parent... Mompreneur!

Single Parent atau orang tua tunggal kini banyak dijumpai di kalangan masyarakat. Status single parent ini sebenarnya bukan hanya bagi mereka yang menghidupi anak atau keluarga tanpa pasangan hidup yang sah via pernikahan, melainkan juga mereka yang bercerai atau yang pasangan hidupnya telah meninggal.

Kebanyakan orang memandang status orang tua tunggal sebagai beban yang mengerikan. Rata-rata akan langsung terbayang segala macam masalah biaya dan emosional yang membentang di depan mata begitu ada kemungkinan terancam untuk menjadi orang tua tunggal. 

Sebenarnya, di dunia ini kita selalu memiliki pilihan termasuk cara  kita memandang persoalan hidup. Misalnya, alih-alih selalu mengalami KDRT ( Kekerasan Dalam Rumah Tangga ) mengapa kita tidak melihat peluang untuk bebas membangun hidup yang lebih baik terutama untuk keselamatan anak-anak kita? Bagaimanapun juga kehidupan yang penuh kekerasan dan ketidak bahagiaan akan sangat berpengaruh pada kesehatan mental dan fisik anak-anak serta diri sendiri. Daripada menyeret anak-anak yang tidak bersalah ke dalam kesengsaraan  dan pertengkaran tiada akhir bukankah akan lebih baik jika kita berdiri tegak dan berjuang untuk hidup yang lebih baik? Alasan jika berpisah kasihan anak-anak sebenarnya adalah alasan untuk melindungi diri sendiri dari ketakutan akan kesendirian. Dan itu bukanlah pilihan yang bijak untuk masa depan buah hati kita. :)

Jika biaya yang menjadi halangan, hadapilah dengan bijaksana. Misalnya, jika dengan bercerai lalu tidak dapat lagi menyekolahkan anak-anak di sekolah favorit ya terimalah dengan lapang dada. Sekolahkan mereka di tempat yang lebih terjangkau. Tidak usah pusingkan gengsi atau omongan orang lain, anggap saja ini batu loncatan. Kelak jika usaha atau kerja sudah lebih mapan, kehidupan yang dulu akan berangsur pulih atau bahkan menjadi lebih baik lagi. Salah satu teman saya yang S1 dan dulunya anak orang kaya pernah menjadi seorang tukang sampah demi menghidupi ibu dan adik perempuannya pasca perceraian kedua orang tuanya.  Kini dia sudah berhasil mendapat pekerjaan tetap di salah satu instansi pemerintah dan bahkan menikah serta membangun keluarga kecilnya sendiri. Itu hanya sebuah contoh keberanian membuang gengsi dan mengatasi masalah. 

Selain dengan bekerja pada perusahaan atau instansi, kita juga bisa berusaha secara mandiri untuk menjadi Mompreneur. Pikirkanlah apa yang bisa kita lakukan dengan modal seminim mungkin dan margin keuntungan yang cukup untuk awalnya. Misalnya dengan memproduksi makanan ringan, kerajinan tangan, berdagang atau membuka usaha jasa. Kita bisa memikirkan untuk membuka jasa merangkai bunga, ilustrator, konsultan, perancang, membuat setting grafis, menulis cerpen, menjadi penulis lepas, bahkan ada juga pekerjaan sebagai pendongeng! Dan bayarannya sungguh lumayan. Manfaatkan internet yang jangkauannya tak terbatas untuk mencari teman-teman baru yang bisa mendukung usaha dan mengajari pengetahuan yang dibutuhkan. Yakinlah segala sesuatu dapat digunakan dalam 2 cara, positif atau negatif. Pilihannya kembali kepada kita masing-masing. Terlebih lagi keuntungan terbaik sebagai Mompreneur adalah  kita akan mempunyai banyak waktu yang lebih fleksibel untuk mengurus anak-anak kita di rumah. 

Jadi kumpulkan semangat yang hancur karena badai cobaan. Percayalah tidak ada yang bisa diselesaikan oleh teriakan dan cacian. Dan percayalah, tidak ada masalah yang tidak bisa diatasi jika kita membulatkan tekad dan bertindak. Use your imagination. 

Terakhir namun paling penting, berdoalah! Mintalah bantuan kepada Tuhan, niscaya pintu akan dibukakan. Niat yang baik, pastilah akan didengar-Nya. Dan itu saya jamin bekerja :)

"Original blog posting and written by adhinatalia"
search me on any social media using my name
-adhinatalia-



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Klo menurut teman2 bagaimana? Silakan komen2nya..