Selasa, 06 Mei 2008

Bawa Indonesia ke Era Teknologi!

Berkembangnya teknologi komputer dan jaringan sebenarnya sangat menguntungkan kita sebagai Negara kepulauan yang besar dan luas. Coba berhitung, berapa banyak yang bisa kita hemat dalam anggaran Negara untuk biaya lintas komunikasi dengan adanya kecanggihan masa kini. Berbagai macam pertukaran jenis data dan cara komunikasi dapat dilakukan via jaringan antar komputer dan media internet. Bandingkan efisiensinya dari segi waktu dan biaya dengan apabila kita harus menempuh jarak antar lokasi secara nyata dan mengolah data secara manual.

Penyebaran dan pemerataan pendidikan teknologi ini selayaknya diperhatikan secara serius dan ditindak lanjuti secara intensif, mengingat Indonesia amat membutuhkan efisiensi di segala bidang untuk mengejar semua ketertinggalannya di kalangan Negara-negara Asia sekarang ini. Tanpa bermaksud merendahkan diri atau membandingkan, kita memang banyak tertinggal selama proses pembenahan diri dalam pemerintahan kita yang baru. Namun tak perlu mencari siapa yang bersalah untuk apa, alangkah baiknya jika kita mulai berpikir ke depan demi kemajuan bersama tak peduli siapa yang berkuasa. Karena masalahnya akan sama dan yang kita perlukan bukanlah figur melainkan tindakan nyata.

Penggalakan propinsi Jawa Timur sebagai daerah yang membuka diri terhadap penggunaan teknologi internet bagi warganya patut diacungi jempol. Dan hal ini seharusnya diikuti oleh daerah-daerah lain di seluruh Nusantara. Dimulai dari sektor pendidikan yang menjangkau sekolah-sekolah mulai tingkat SD sampai SMU/Menengah setara. Apabila masalah anggaran menjadi kendala, maka dapat dipertimbangkan sistem pendidikan yang dipusatkan sementara di lingkup warga seperti tingkat kelurahan. Atau operasi pendidikan dan penggunaan fasilitas yang ditempatkan di salah satu ruang kantor pemerintah dan dimanfaatkan antar sekolah dalam satu rayon secara bergiliran.

Pengenalan cara menggunakan komputer dan lain-lain perangkatnya akan sangat membantu bagi siswa dalam mempelajari materi pelajaran dan memperoleh informasi secara cepat sekaligus luas. Juga menolong apabila dalam situasi tertentu dibutuhkan saran dari daerah atau komunitas lain untuk memecahkan persoalan masyarakat yang sedang dihadapi di lingkungan/daerahnya. Misalnya informasi tentang wabah dan penanggulangannya, pertolongan pertama pada korban dan langkah berikutnya, rujukan Rumah Sakit atau info medis lainnya. Bertukar ilmu dan informasi mengenai hama atau kendala bahan-bahan pokok seperti bibit dan lainnya.

Kemudahan komunikasi juga menguntungkan bagi pengelolaan struktur organisasi masyarakat yang akan menjadi lebih sederhana dan dapat bereaksi cepat tanggap terhadap isu-isu daerah, sehingga mampu mengembangkan segi positif dari efek pendidikan teknologi yang didapat. Termasuk meminimalkan resiko terjadinya salah persepsi karena dapat di klarifikasi dalam waktu yang cukup singkat. Hal ini dapat meredam berkembangnya provokasi yang merugikan dan mengganggu ketentraman.

Mulailah membiasakan masyarakat mulai dari siswa/pelajar untuk menggunakan komputer dan perangkat teknologinya, secara global sebenarnya teknologi sudah merambah masyarakat umum melalui perangkat telepon genggam. Sosialisasi dan pendidikan lebih lanjut akan sangat berguna bagi kemajuan masyarakat kita di kemudian hari sehingga dapat mengoptimalkan keuntungan penggunaan fungsi perangkat teknologi tersebut. Contoh sederhananya Singapura dan Jepang yang sudah lama mendapat bantuan dari warganya untuk mengawasi kejahatan via laporan kamera telepon genggam.

Bawa Indonesia ke Era Teknologi! Sudah saatnya masyarakat kita menunjukkan kemampuan dan kualitasnya. Galang komunikasi dan persatuan dengan lebih efektif, dobrak rasa malu karena gagap teknologi. Sudah bukan jamannya lagi kita menutup diri terhadap perubahan dan arus cepat komunikasi. Yang lebih utama adalah kuasai ilmunya dan terapkan sesuai kebutuhan kita, bila kita menguasai ilmu teknologi itu, maka barulah kemudian kita dapat memilih dan memodifikasi atau bahkan menciptakan suatu program yang sesuai dengan kebutuhan, nilai kultur dan norma-norma yang dapat diterima oleh masyarakat kita.

Ditulis oleh adhinatalia

natalia.adhi@gmail.com

http://solusi-qta.blogspot.com

http://profiles.friendster.com/adhinatalia

0878 7766 4016/ 021-9948 5040

penulis adalah orang tua tunggal dari 3 putri, pelaku kehidupan dan bagian dari komunitas masyarakat kecil.

Mari berikan kailnya, jangan ikannya!


Mari berikan kailnya, jangan ikannya!

The future of a country is upon its young people, begitu seorang bijak pernah berkata. Masa depan suatu bangsa terletak di pundak generasi mudanya. Indonesia adalah Negara yang kaya akan banyak hal selain hasil bumi dan tambangnya. Jumlah penduduk yang padat sebenarnya dapat menjadi sumber kekayaan tenaga kerja yang berkualitas dan bisa diandalkan untuk memajukan bangsa. Bila ditelusuri lebih jauh, banyak sungguh anak-anak bangsa yang berprestasi di tingkat Internasional sehingga bahkan diminta bekerja atau menjadi warga Negara asing yang menhargai dan membutuhkan kepandaian mereka. Melebihi Negara kita sendiri. Sebagai contoh tanpa perlu menyebutkan secara spesifik, ada remaja kita yang bekerja di NASA sebagai tenaga ahli riset, perempuan pula. Ada pemuda kita yang memenangkan pencarian bakat yang kini bekerja di Google, salah satu raksasa internet. Ada yang kini bahkan menjadi ahli pembuatan komponen pesawat terbang yang bekerja untuk Malaysia. Beberapa siswa kita pun kerap memenangkan kejuaraan Internasional bergengsi di bidang Fisika dan Matematika. Ada seorang ibu muda yang menjadi salah satu pelopor merebaknya e-book saat ia menemani suaminya di Virginia sana. Ada pula atlet-atlet cilik yang berprestasi di ajang Internasional namun atas biaya dan nama pribadi. Dan masih banyak lagi prestasi anak-anak bangsa kita yang terekam mau pun yang tidak terekam oleh media.

Semua ini membuktikan, banyak dari rakyat kita yang memiliki kemampuan tinggi di berbagai bidang ilmu pengetahuan dan olah raga. Belum termasuk yang bergelut di bidang riset obat-obatan/medis, lingkungan, pendidikan dan sebagainya. Dan itu berarti sebenarnya banyak terbuka kesempatan dan peluang bagi jutaan masyarakat kita untuk mengejar prestasi dan menghasilkan karya dalam berbagai sektor kehidupan.

Mari buka mata dan tengok sekitar kita, inilah nasib kebanyakan anak-anak Indonesia yang tersebar di berbagai kota besar di Negara ini. Tulisan pembuka di atas hanya untuk mengingatkan kita, bahwa kemampuan dan kepandaian masyarakat kita tidak berbeda dengan masyarakat Internasional, yang membedakan hanya fasilitas dan dukungan pemerintahnya, serta peran masyarakat itu sendiri.

Betapa sayangnya bila hal seperti ini terus menerus dibiarkan, banyak sekali orang tua yang kini memang sengaja memeras tenaga anak-anak mereka yang masih di bawah umur untuk mengais belas kasihan pada orang-orang di jalanan. Kemiskinan dan kekurangan hanyalah sebuah pulasan alasan untuk bermalas-malas dan menelantarkan anak-anak mereka.

Inilah kenyataannya, di setiap pelosok perkotaan kita dapat menemukan anak-anak lusuh dan kelaparan berlarian kesana kemari sekedar mengumpulkan recehan. Naik turun bus untuk mengamen sudah dilakoni sejak usia sangat dini, yaitu balita, yang dibawa-bawa oleh entah kakaknya atau ibu-ibu yang belum tentu adalah ibu kandungnya. Miris? Wah, seandainya saja kita juga mulai membayangkan bagaimana perasaan anak-anak itu, lengket, kotor, lapar dan lelah….para balita yang haus akan susu, malah diberi air teh yang sudah basi atau air putih yang tak bergizi. Jangan ditanya soal higienisnya, sudah pasti jauh dari standar. Lalu, jika sudah begini, bagaimana jadinya pertumbuhan dan kualitas fisik mereka kelak? Padahal merekalah yang justru akan menjadi fondasi bangsa ini berikutnya, jika mereka tumbuh dalam keadaan yang serba tidak memadai bagaimana mereka akan dapat berkembang dengan baik dan berprestasi?


Mungkin banyak sudah yang mencoba membahas dan menyuarakan hal ini, tetapi agaknya solusi belum menjadi bagian yang benar-benar tersorot. Dalam tulisan saya ini, saya mencoba memberikan masukan yang sedianya dapat menjadi alternatif pemecahan masalah yang dapat memberikan hasil optimal dengan bantuan dan peran serta pemerintah. Mari berikan kailnya, jangan ikannya.

Saat ini pemerintah telah merintis upaya BOS atau bantuan berupa biaya sekolah gratis bagi masyarakat. Khususnya bagi yang tidak mampu. Namun disadari atau tidak, cara ini belumlah dapat dikatakan memberikan hasil yang maksimal baik dari segi mutu pendidikan mau pun kesejahteraan para pelaku pendidikan. Tanpa dapat menutup mata, bantuan ini menghabiskan biaya yang menguras kas Negara dan jumlahnya tidak sedikit tanpa memberikan potensi imbal balik yang nyata bagi investasi intelektual Negara. Terutama melihat dari jumlah penduduk yang akan terus bertambah. Sebenarnya segala permasalahan mesti dilihat sebagai suatu hal yang berhubungan satu sama lain. Dengan demikian kita akan dapat menyusun prioritas sebagaimana kita dapat memprediksikan langkah mana yang akan berimbas pada apa, sepadankah manfaatnya dan kapan akan dapat dirasakan hasilnya. Beberapa masalah berkaitan dengan pendidikan dan kesejahteraan anak yang ingin saya ajukan solusinya dapat dibaca di bawah ini.

Masalah bantuan pendidikan, saran saya adalah membatasi jumlah anak yang menerima bantuan dari tiap keluarga yaitu 2 anak saja per keluarga. Dan boleh memilih yang berprestasi, jadi bukan dibatasi hanya anak tertua dan kedua saja. Dengan hanya menanggung 2 anak per keluarga, pemerintah jadi memiliki peluang untuk alokasi dana kepada penyediaan fasilitas pendidikan dan pemeliharaan kesejahteraan para pendidik, sehingga pada garis besarnya bantuan dapat dinikmati secara merata di kalangan pendidikan. Efeknya baik pengajar mau pun yang menerima pengajaran jadi lebih terfokus dan terpenuhi kebutuhannya untuk menghasilkan sesuatu bersama-sama.

Mulai adaptasi pola dari China dan Jepang yang sempat membatasi jumlah anak dalam keluarga, ini adalah suatu hal yang baik dan patut diterapkan. Contoh, mulai tahun 2009 nanti jumlah anak dalam keluarga baru menikah/pasangan muda dibatasi hingga 2 anak. Nah, 2 anak ini nantinya akan mendapat bantuan pendidikan dari pemerintah secara gratis hingga jenjang perguruan tinggi. Jika ternyata pasangan tersebut melahirkan anak ketiga, maka semua biaya pendidikan anak ketiga tersebut (dan yang berikutnya kalau ada) akan menjadi tanggung jawab sang orang tua. Dan hal ini harus ditetapkan dalam hukum/peraturan yang jelas. Sehingga para orang tua akan benar-benar memperhatikan perkembangan dan kesejahteraan anak-anaknya. Apabila ternyata mereka tidak mampu pun, ada alternatif lain yang bisa diambil seperti home schooling yang saat ini berkembang atau pendidikan ketrampilan khusus. Apa pun pilihannya sang anak tetap harus dibekali kemampuan hidup. Abortus tetap tidak dibolehkan. Efek positif dari hal ini adalah menghambat pertambahan penduduk yang pesat dan mengarahkan kepada kualitas generasi muda berikutnya. Juga membuat para orang tua tidak bisa seenak-enaknya menyerahkan permasalahan pendidikan dan kesejahteraan anak-anak pada pemerintah begitu saja, bagaimana pun kemampuan pemerintah terbatas.

Mulai mengorganisir lembaga-lembaga yang potensial dan memfokuskan diri pada bantuan pendidikan dan ketrampilan khusus baik yang berasal dari dalam mau pun luar negri agar bekerja sama dengan pemerintah untuk meningkatkan pelayanan pendidikan yang lebih terarah dan praktis. Analisa dan evaluasi area pendidikan yang lebih terperinci, kita dapat menerapkan pola didik yang fleksibel, tidak harus semua anak dan daerah menjadi ahli di bidang akademis/pendidikan formal. Apabila di satu area telah terkenal dengan suatu kerajinan atau potensinya, dapatlah dikembangkan pendidikan yang lebih mengutamakan hal-hal yang berkaitan dengan potensi area tersebut. Sebagai contoh, untuk area yang lebih menonjol sektor pertaniannya, kita dapat menerapkan pendidikan yang lebih terperinci berkaitan dengan pertanian dan perkebunan untuk menghasilkan tenaga ahli di bidangnya. Mencakup riset dan penyuluhan. Sebaliknya, di area yang lebih berkembang dalam hal sentra kerajinan kayu atau furniture, kita dapat memfokuskan pengembangan pilihan pendidikan tentang desain kayu, pengenalan mutu, perbandingan harga, pemrosesan, dan sebagainya untuk menghasilkan ahli-ahli di bidang perkayuan dan desain. Di area sentra makanan, kita masih dapat mengembangkan keahlian tata boga dan gizi, pengemasan dan pengawetan, pengetahuan mengenai bahan-bahan kimia makanan, dan lain-lain.

Keuntungan dari hal ini adalah menjangkau semua tingkat daya serap dan kemampuan anak-anak dan remaja yang berbeda-beda. Sehingga mereka dapat memperoleh ilmu yang sesuai dan dapat diterapkan di daerahnya atau daerah lain yang membutuhkan. Mereka selain akan mampu bekerja dan memperoleh pekerjaan juga memiliki daya saing tinggi di banding jenjang sekolah umum. Sementara anak-anak yang memilih sekolah akademis adalah mereka yang minatnya menjadi professional di bidang tertentu yang memang sesuai kemampuan mereka, misalnya pengacara, akuntansi, dokter, professor, dan lain-lain. Keuntungan secara global, Indonesia akan memiliki dan mendidik banyak tenaga ahli potensial dari berbagai wilayah di berbagai sektor yang tumbuh berkembang secara bersamaan. Inilah kekayaan intelektual kita.

Memfokuskan pada sesuatu yang lebih terperinci dan terarah membuat apa yang kita mulai rintis dan bangun berjalan di jalur yang tepat, tidak membuang waktu, tenaga dan biaya secara percuma. Hasilnya pun akan dapat terlihat lebih optimal dan manfaatnya dapat segera terasa. Kejelasan sikap dan tindakan program ini bisa membangun suasana kondusif yang menentramkan masyarakat dimana pada akhirnya akan membuahkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Tidak perlu repot-repot mencari kepercayaan masyarakat internasional lebih dulu, perhatikanlah terutama masyarakat dalam negri sendiri. Bila keadaan dalam negri telah tertata dan berjalan baik, hal-hal lain seperti investor asing dan penanam modal akan kembali berdatangan untuk meraih keuntungan bisnis dengan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas tinggi. Tentunya bukan dengan upah buruh minimal. J

Ditulis oleh adhinatalia

natalia.adhi@gmail.com

http://solusi-qta.blogspot.com

http://profiles.friendster.com/adhinatalia

0878 7766 4016/ 021-9948 5040

penulis adalah orang tua tunggal dari 3 putri, pelaku kehidupan dan bagian dari komunitas masyarakat kecil.