Jumat, 12 April 2013

Haruskah artis Indonesia meniru gaya Kpop?


Tadi habis nganterin anak2 ambil tes Golongan Darah, saya ajak mereka makan di 'Ki Ef Si'.. Sambil makan seperti biasa qt disuguhi acara video klip artis2 yang sekarang rame-rame berpromosi via label ayam goreng ini.

Setelah beberapa lagu, muncul boyband 'Se Mes' yang sekarang berganti rupa dan gaya yang lebih mirip lagi dengan artis2 Kpop mulai dari tata rambut ala T.O.P/ SuJu, anting, jaket ala Bigbang - Fantastic Baby, Jas warna-warni meriah, etc..et suteralah.. :D Beberapa hari lalu juga saat mampir ke Gramedia-Matraman, ada diputar lagu yang saya kira lagunya 2NE1- I Am The Best, setelah didengar-dengar kok pake bahasa Indonesia?

Ternyata hanya meniru saja namun di beberapa bagian mirip sekali dengan lagu milik 2NE1 itu. Apa ngga takut kena tuntut Hak Cipta? G-Dragon saja yang nyiptain lagu hanya mirip sedikit intronya dengan lagu orang lain hampir kena skandal Hak Cipta kalau saja YG Ent. dan G-Dragon ga segera mengontak penyanyi yang diduga lagunya ditiru itu dan membuatnya mengeluarkan klarifikasi resmi bahwa lagu GD sama sekali ngga merupakan kopian lagunya. Coba, mereka seserius itu loh.

Engga apa-apa sih klo mau gitu... tapi jadi tergelitik untuk berpikir, harus gitu qt niru artis2 Kpop itu habis2an untuk bisa jualan musik Indonesia di 'Negri Sendiri?' Saya juga penyuka Kpop dalam taraf masih 3/4 normal.. belom sampe gila-gilaan.. :p Saya juga mengakui kelebihan para artis Korea Selatan itu, dalam banyak hal musik mereka berkualitas. Tapi kualitas itu juga ngga mereka dapat dengan mudah seperti pernah saya tulis di Ketika Kpop dan Kdrama menyentuh Pasar Dunia.

Daripada meniru penampilan artis2 KorSel yang jelas ngga mungkin bisa disamain oleh artis2 qta.. bahkan artis2 Jepang..( body bagus, muka mulus, training serius ) kenapa ngga meniru cara berbisnis mereka saja? Lebih masuk akal dan menguntungkan sebenarnya untuk jangka panjang. 

Coba lihat, artis2 Kpop besar oleh konsep dagang yang jelas. Contoh, target mereka saat membangkitkan Kpop adalah meraih pasar Jepang sebesar-besarnya. Bagi mereka Jepang adalah target pasar yang dekat, luar biasa besar potensinya dan bagus karena standar mereka yang terkenal tinggi di seluruh bidang. Karena itu banyak lagu Korea sengaja dibuat 2 bahasa dalam bahasa Jepang dan Korea. Biasanya juga lagu dalam kedua bahasa itu diselipi kata2 dalam bahasa Inggris untuk menembak pasar yang lebih besar lagi yaitu pasar International. Strategi mereka berhasil. Kini Kpop sudah memiliki pasar International yang tidak kecil. Hampir seluruh dunia kini mengetahui tentang Hallyu dan Kpop.

Selain itu kekuatan Fandom mereka bukan main-main. Para artis KorSel ini dengan sadar ( sengaja saya garis bawahi ) membangun fans masing-masing. Mereka sangat memperhatikan animo fansnya. Juga ngga segan2 memberikan Fans Service. Kekuatan Fandom inilah yang menjadi salah satu keberhasilan mereka naik dan menjadi besar. Para fans fanatik yang rela melakukan apa saja demi idolanya. Misalnya membeli DVD, buying Digital download, membeli di iTunes, vote untuk grup favorite mereka di ajang Award2 bergengsi sampai melindungi artis2 favorite mereka dari serangan isu negatif dan serangan fandom grup lain. Para Fans ini juga bersedia menyumbang Beras dalam bentuk donasi gabungan. 

Kenapa bukan hal2 ini yang menjadi bahan godokan label2 musik di Tanah Air? Dulu qta punya banyak artis besar bermutu, sebut saja: Dewa, Padi, Sheila On7, Ungu, Peter Pan ( yang dulu, bukan Noah sekarang ), Titi DJ, Kris Dayanti, Nidji, Gigi, dll. Qta punya warna musik sendiri yang ngga kalah bagus..kenapa ngga dimantapkan saja konsep dagangnya, target pasarnya. Klo memang orang Indonesia lagi keranjingan Kpop, buat saja lagu-lagu Indonesia yang diselipi bahasa Korea mencontoh trik artis Kpop merilis dalam bahasa Jepang dan Inggris. Dengan begitu qta juga bisa punya kemungkinan menjajal pasar Korea dan bukan hanya menjadi pembeli saja. Daripada meniru penampilan yang hanya casing luarnya saja yang dipoles jadi SuJu/SNSD/2NE1 versi KW5, bukankah lebih baik memantapkan warna Negri dengan target pasar luar?

Sekarang ini yang punya Fandom besar sepertinya 'cuma' Slank dan Iwan Fals. Namun kekuatan fandom mereka tidak dibangun dengan serius sehingga tidak banyak menunjang bagi artis2nya. Mungkin hanya Afgan yang masih berusaha memanage fans-nya. Selain itu Raditya Dika. Loh tapi yang terakhir ini bukan penyanyi..hehehe... memang, tapi saya salut karena dia bisa mengumpulkan orang banyak untuk menjadi fans setianya. 

Anyway, these are only some thought. Kecuali para pelaku bisnis musik Negeri ini mengambil langkah lebih cerdas dan ngga cuma menangisi hilangnya profit RBT, mungkin masih ada harapan musik Indonesia sekali lagi jadi Raja di Negri sendiri dan bahkan Negri lain. Semoga!

Isi Blog ini dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta National dan International. Jika dirasa bermanfaat, silahkan mempublikasikan ulang dengan menyertakan link ke artikel asli di blog ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Klo menurut teman2 bagaimana? Silakan komen2nya..