Mari berikan kailnya, jangan ikannya!
The future of a country is upon its young people, begitu seorang bijak pernah berkata. Masa depan suatu bangsa terletak di pundak generasi mudanya.
Semua ini membuktikan, banyak dari rakyat kita yang memiliki kemampuan tinggi di berbagai bidang ilmu pengetahuan dan olah raga. Belum termasuk yang bergelut di bidang riset obat-obatan/medis, lingkungan, pendidikan dan sebagainya. Dan itu berarti sebenarnya banyak terbuka kesempatan dan peluang bagi jutaan masyarakat kita untuk mengejar prestasi dan menghasilkan karya dalam berbagai sektor kehidupan.
Mari buka mata dan tengok sekitar kita, inilah nasib kebanyakan anak-anak
Betapa sayangnya bila hal seperti ini terus menerus dibiarkan, banyak sekali orang tua yang kini memang sengaja memeras tenaga anak-anak mereka yang masih di bawah umur untuk mengais belas kasihan pada orang-orang di jalanan. Kemiskinan dan kekurangan hanyalah sebuah pulasan alasan untuk bermalas-malas dan menelantarkan anak-anak mereka.
Inilah kenyataannya, di setiap pelosok perkotaan kita dapat menemukan anak-anak lusuh dan kelaparan berlarian kesana kemari sekedar mengumpulkan recehan. Naik turun bus untuk mengamen sudah dilakoni sejak usia sangat dini, yaitu balita, yang dibawa-bawa oleh entah kakaknya atau ibu-ibu yang belum tentu adalah ibu kandungnya. Miris? Wah, seandainya saja kita juga mulai membayangkan bagaimana perasaan anak-anak itu, lengket, kotor, lapar dan lelah….para balita yang haus akan susu, malah diberi air teh yang sudah basi atau air putih yang tak bergizi. Jangan ditanya soal higienisnya, sudah pasti jauh dari standar. Lalu, jika sudah begini, bagaimana jadinya pertumbuhan dan kualitas fisik mereka kelak? Padahal merekalah yang justru akan menjadi fondasi bangsa ini berikutnya, jika mereka tumbuh dalam keadaan yang serba tidak memadai bagaimana mereka akan dapat berkembang dengan baik dan berprestasi?
Mungkin banyak sudah yang mencoba membahas dan menyuarakan hal ini, tetapi agaknya solusi belum menjadi bagian yang benar-benar tersorot. Dalam tulisan saya ini, saya mencoba memberikan masukan yang sedianya dapat menjadi alternatif pemecahan masalah yang dapat memberikan hasil optimal dengan bantuan dan peran serta pemerintah. Mari berikan kailnya, jangan ikannya.
Saat ini pemerintah telah merintis upaya BOS atau bantuan berupa biaya sekolah gratis bagi masyarakat. Khususnya bagi yang tidak mampu. Namun disadari atau tidak, cara ini belumlah dapat dikatakan memberikan hasil yang maksimal baik dari segi mutu pendidikan mau pun kesejahteraan para pelaku pendidikan. Tanpa dapat menutup mata, bantuan ini menghabiskan biaya yang menguras kas Negara dan jumlahnya tidak sedikit tanpa memberikan potensi imbal balik yang nyata bagi investasi intelektual Negara. Terutama melihat dari jumlah penduduk yang akan terus bertambah. Sebenarnya segala permasalahan mesti dilihat sebagai suatu hal yang berhubungan satu sama lain. Dengan demikian kita akan dapat menyusun prioritas sebagaimana kita dapat memprediksikan langkah mana yang akan berimbas pada apa, sepadankah manfaatnya dan kapan akan dapat dirasakan hasilnya. Beberapa masalah berkaitan dengan pendidikan dan kesejahteraan anak yang ingin saya ajukan solusinya dapat dibaca di bawah ini.
Masalah bantuan pendidikan, saran saya adalah membatasi jumlah anak yang menerima bantuan dari tiap keluarga yaitu 2 anak saja per keluarga. Dan boleh memilih yang berprestasi, jadi bukan dibatasi hanya anak tertua dan kedua saja. Dengan hanya menanggung 2 anak per keluarga, pemerintah jadi memiliki peluang untuk alokasi dana kepada penyediaan fasilitas pendidikan dan pemeliharaan kesejahteraan para pendidik, sehingga pada garis besarnya bantuan dapat dinikmati secara merata di kalangan pendidikan. Efeknya baik pengajar mau pun yang menerima pengajaran jadi lebih terfokus dan terpenuhi kebutuhannya untuk menghasilkan sesuatu bersama-sama.
Mulai adaptasi pola dari
Keuntungan dari hal ini adalah menjangkau semua tingkat daya serap dan kemampuan anak-anak dan remaja yang berbeda-beda. Sehingga mereka dapat memperoleh ilmu yang sesuai dan dapat diterapkan di daerahnya atau daerah lain yang membutuhkan. Mereka selain akan mampu bekerja dan memperoleh pekerjaan juga memiliki daya saing tinggi di banding jenjang sekolah umum. Sementara anak-anak yang memilih sekolah akademis adalah mereka yang minatnya menjadi professional di bidang tertentu yang memang sesuai kemampuan mereka, misalnya pengacara, akuntansi, dokter, professor, dan lain-lain. Keuntungan secara global,
Memfokuskan pada sesuatu yang lebih terperinci dan terarah membuat apa yang kita mulai rintis dan bangun berjalan di jalur yang tepat, tidak membuang waktu, tenaga dan biaya secara percuma. Hasilnya pun akan dapat terlihat lebih optimal dan manfaatnya dapat segera terasa. Kejelasan sikap dan tindakan program ini bisa membangun suasana kondusif yang menentramkan masyarakat dimana pada akhirnya akan membuahkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Tidak perlu repot-repot mencari kepercayaan masyarakat internasional lebih dulu, perhatikanlah terutama masyarakat dalam negri sendiri. Bila keadaan dalam negri telah tertata dan berjalan baik, hal-hal lain seperti investor asing dan penanam modal akan kembali berdatangan untuk meraih keuntungan bisnis dengan sumber daya manusia
Ditulis oleh adhinatalia
http://solusi-qta.blogspot.com
http://profiles.friendster.com/adhinatalia
0878 7766 4016/ 021-9948 5040
penulis adalah orang tua tunggal dari 3 putri, pelaku kehidupan dan bagian dari komunitas masyarakat kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Klo menurut teman2 bagaimana? Silakan komen2nya..